PENGALAMAN & SUKA DUKA PROGRAM YSEALI DI AMERIKA SERIKAT - Cerita 1 (Edisi Kegiatan Program YSEALI)



Hi! It's me Nata, I just want to share a little bit story about my YSEALI journey. The 5 weeks exchange program, sponsored by Department of United States.

So, here is the beginning….

Semua bermula ketika aku menginisiasikan proyek sosialku melalui sebuah kompetisi “Mahasiswa Berprestasi” lewat presentasi karya tulis ilmiah. Namun sebelumnya, projek tersebut juga sudah kurancang sejak tahun 2016 saat diminta untuk membuat proyek social dalam bentuk dedikasi kami penerima beasiswa terhadap yayasan yang sedang menaungi kami saat itu.

Saat ikut Mawapres, aku Mahasiswa semester 5, dan mendaftar YSEALI pada waktu semester 6. Jadi memang butuh beberapa tahun untuk beradaptasi dan mencari passion dilingkangan kuliah. Proyek sosial yang ku angkat saat itu adalah “Sriwijaya Mobile School’, sebuah sekolah keliling gratis untuk anak-anak jalanan yang ada di BKB Palembang. 

Awalnya aku tak mengira projek tersebut akan berjalan, karena at the beginning aku sadar itu murni inisiasi proyek yang kukerjakan untuk kompetisi. Walaupun pada akhirnya aku gagal memenangkan kompetisi tersebut. Pertama, aku memecahkan rekor fakultas, gagal dalam memenangkan juara Mawapres yang dimenangkan oleh senior secara turun menurun, alasannya karena proyek sosial tersebut tidak meyakinkan dan prestasiku kurang baik. Kedua, pihak yayasan beasiswa tidak memberikan support tehadap proyek yang sudah kuperisapkan.

Entah kenapa, aku tak terlalu kecewa saat itu, malah aku mulai merealisasikan proyek social tersebut sedikit demi sedikit. Saat itu ada sekitar lebih kurang 20 anak jalanan di BKB dan mungkin lebih banyak yang tak terdata di area tersebut. Aku memulai dengan mengajak teman dekat dan beberapa teman beasiswa, salah satunya “Cindy”, I miss her so bad! Dia tau banget perjuangan aku saat membangun proyek tersebut. Proyek tersebut awalnya kujalankan pure semata-mata karena bentuk dedikasiku terhadap yayasan beasiswa yang tak biasa ku balas dengan kata-kata. Walaupun, pada akhirnya menjadi proyek independen tanpa support dari pihak manapun. Jauh dari kata proyek instan semerta-merta untuk ikut YSEALI atau beasiswa apapun itu, so far away from that, karena aku juga belum mengenal YSEALI jauh sebelum itu. Bahkan, baru tau setelah satu tahun setelah program ini terjalankan.

Sedikit penjelas, program tersebut berjalan rutin 1-2 kali setidaknya dalam satu minggu. Aku, Cindy, Afif, Nana, Hanum dan beberapa teman-teman berhati malaikat lainnya masih rutin mengajar dan mendidik anak-anak itu dengan tulus. Berat, sungguh berat tantangan kami membantu mereka disaat situasi yang kadang tak mendukung, seperti misalkan disaat mereka sedang bekerja dengan orang tua mereka, mengamen bahkan entah pergi kemana. Hal tersebut tentunya sangat ironis, karena mayoritas anak-anak tersebut juga sudah putus sekolah sejak dini. Tak mudah, jujur sedih rasanya kala itu melihat anak-anak kecil yang sudah diajarkan mencari uang, berdagang dan menjadi tukang parkir dan pedagang kaki lima diarea ampera. Karakter mereka juga sangat berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Oh iya, aku juga pernah berkali-kali memasukan proposal bantuan kepada beberapa pihak pemerintah dan perusahaan untuk membantu proyek social kami, namun nihil, ada yang sudah tutup buku, ada pula yang tak memberikan tanggapan, entahlah aku tak tau alasan dibalik penolakan itu.

Hingga akhirnya setelah 1 tahun tersebut, aku memutuskan untuk mengikuti program YSEALI, alasan aku ikut program tersebut karena kondisi proyek sosialku yang sangat membutuhkan dukungan dan masukan dari para ahli. Jujur, amat sangat tak mudah untuk menjalankan proyek social non-profit dan independen. Kalian mungkin juga tak akan mengerti seberapa jauh tetes darah perjuangan terhadap proyek social tersebut. Ups and downs pasti akan selalu ada, bahkan amat sangat susah dalam mempertahankan komitmen tim dan komunitas. Masalah yang kurasakan saat itu juga karakter orang tua anak-anak jalanan tersebut yang kadang masih labil. Kadang meingizinkan kadang juga tidak, rasanya seperti tarik ulur dalam mengembangkan komunitas tersebut.

Sebelum keberangkatanpun, aku sudah mempersiapkan back-up supaya nantinya komunitas kami tetap berjalan baik. Aku telah mempersiapkan member baru, donasi buku dan bahan ajar dll. Namun, lebih kurang 3 bulan setelah berada di luar negeri, ternyata banyak laporan tak baik yang kudengar, beberapa rekan komunitas dapat teguran dari beberapa pihak orang tua anak-anak tersebut. Alasannya, karena tuntutan orang tua mereka yang memaksakan anak-anak tersebut tak punya waktu banyak untuk belajar di komunitas kami. Inilah hal yang paling aku takuti saat itu, akupun tak punya kuasa karena bukan hal yang mudah untuk mengatur jalan hidup mereka. Sungguh retak dan hancur lebur perasaan ini saat itu, konfirmasi kami sedari awal rupanya juga tak cukup memberikan mereka kepercayaan. Itikad baik pun, mungkin juga sudah tak ada lagi, di saat aku pulang anak-anak tersebut juga sudah tak sesolid dan selengkap dulu. Aku juga tak bisa menyalahkan rekan tim ku, kami tak bisa berbuat apa apa, karena mereka juga memiliki kewajiban yang lain, jadi kami tidak bisa memaksa, yang kami bisa lakukan hanyalah membantu mereka. Disaat masanya telah habis, tiada satupun yang harus disalahkan. Benar memang, win-win solution memang harus ada dalam menjalankan komunitas non-profit. Selama satu tahun dikomunitas, kami juga lumayan sering mendapatkan tekanan dari lingkungan tersebut. Memang sudah beberapa kali rentan teguran, kami sadar proyek tersebut juga tak ada perjanjian diatas materai. Kmi bukan sok menjadi pahlawan, namun meraka butuh kami, tak ada satupun dari mereka yang bisa membaca, apalagi menulis. Itulah yang membuat kami simpati. Tapi lagi-lagi kami memang tak punya hak, perjuangan kami sudah gugur. Aku hanya menyarankan kepada teman-teman semua, disaat kalian ingin membangun sebuah komunitas, kalian harus analisis dulu, bukan cuma bermodalkan rasa simpati, tapi juga harus tau goalsnya apa dan bagaimana supaya bisa berkelanjutan.  Terkadang kita tak akan pernah tau ada halangan dan rintangan seperti apa ditengah jalan.

Setelah komunitasku terhenti, akhirnya aku memulai karir dan dunia yang baru. Aku mendapatkan kesempatan bekerja di Australia sebagai Asisten Pengajar Bahasa Indonesia di Australia (Akan ku ceritakan di episode yang lain). Profesi ini amat sangat berkaitan dengan apa yang pernah aku kerjakan di komunitasku sebelumnya yakni, pengajaran Bahasa dan Budaya. Selain SMS, aku sebelumnya juga pernah tergabung di beberapa komunitas profit/non-profit yang ada di daerahku. Seperti komunitas mengajar, kebahasaan dan kepemudaan. Oh iya, untuk menjadi kandidat YSEALI, kalian tidak dituntut harus untuk menjadi seorang Founder/Pendiri komunitas, banyak kok rekan-rekan YSEALI yang sering menjadi Volunteer lolos program ini, atau bahkan yang baru memiliki ide dan gagasan yang berdampak juga ada yang lolos. Intinya, YSEALI mencari mereka yang sedang menjalankan komunitas, dimana komunitas tersebut belum stabil/sempurna, namun sudah memiliki dampak di lingkungan sekitar.
Aku sadar terlepas dari bubarnya komunitasku, tak akan membuat ku berhenti untuk mendedikasikan apa yang ku punya. Menjadi seorang Founder hanyalah sebuah bonus! Hitung-hitung aku sudah belajar banyak terhadap kegagalan yang telah ku alami. Menyesal? Tak ada yang perlu disesali, everything happens for the reasons. 

Biarlah orang berkata apa terhadap kegagalanku, yang penting tak mengubahku untuk selalu belajar dan terus belajar dari kegagalan. Aku juga sadar, I am not the only one yang gagal dalam menjalankan komunitas. Beberapa temanku di YSEALI juga mengalami hal yang sama. Namun setelahnya, kita harus merefleksi diri dan menjawab kegagalan tersebut. Keep finding ourselves! dan BANGKIT! Aku juga tak tau walau pada akhirnya passionku di bidang kebahasaan, mengajarkan serta mempromosikan Budaya dan Bahasa Indonesia kepada penutur asing. Again, dedikasi juga bukan hanya sekedar sebagai Founder! Itu hanya bonus. Aku juga mengakui ada juga beberapa komunitas non-profit yang berhasil dan itu hebat! But again, setiap komunitas itu berbeda, targetnya juga tak sama, jadi tak bisa di sama ratakan semuanya harus sukses. Kegagalan itu pasti. Tapi kesuksesan pasti ada. 

A memory of Sriwijaya Mobile School.
Motto YSEALI itu, “Never too young to lead”, so we take the first step and turn our passion into action. Also, once we are failed, there will be the second step, third, fourth and so on! until we find the best one that matches to our passion. YSEALI Academic juga tempat kita belajar tentang finding ourselves. Ada banyak rekan-rekan YSEALI yang berubah posisi dari komunitas ke karir, atau ada pula dari komunitas basic ke komunitas yang luar biasa. Memang terkadang juga agak sulit untuk menyesuaikan karir dan komunitas. Tapi intinya tetap  berkembang! Even tho I lost my community, it did not change myself  as a person! Kegagalan adalah suatu proses untuk menuju Kesuksesan.
.
.
Alright, let's move on!
.
.
Jadi apa aja sih yang aku lakukan pas di US kemarin???
.
Nah, YSEALI Exchange itu pada umumnya ada 2 program, YSEALI Academic & YSEALI Professional (you guys bisa reaserch di google apa bedanya). Untuk lolos YSEALI pun ada beberapa tahapan, yaitu; 1.Seleksi Berkas (Pendaftaran Online), 2.Interview, 3. Tes Visa. Aku inget banget waktu itu, pengumuman pertama yaitu 3 minggu setelah pengumpulan berkas, waktu itu baru diminta untuk mengirimkan copy passport (Katanya mereka yang diminta passport kemungkinan besar bakal lolos). Barulah dua minggu setelahnya pengumuman resmi sebagai primary candidate, serta diiringi dengan pembagian undangan resmi dari Universitas tempat kita belajar nantinya. And wowwww! Aku diterima di Arizona State University.
Pngumuman awal sebagai Kandidat Utama
Pengumuman Host University

Email gak lolos dari YSEALI
Anyway, waktu itu juga sempat ada sedikit drama setelah final announcement, karena aku menerima email lain dari pihak YSEALI yang menyatakan aku ga lolos. Ga lucu banget kan setelah dapat semua berkas undangan resmi terus dinyatakan ngga lolos!. Namun ternyata oh ternyata, setelah di email alasannya ternyata pada saat itu, aku tak sengaja mengirimkan online applications 2 kali dan berkas yang kedua dapat auto email gagal. YANG JELAS UDAH AUTO PANIK saat itu. So, pelajaran buat kalian ya, jangan ceroboh kaya aku hahahaha. 

Nah, setelah beberapa bulan persiapan Visa dan lain lain, akhirnya kami diberangkatkan ke Amerika! 
So let’s start the journey!

Saat itu kami dikumpulkan di Jakarta selama 1 hari-1 malam, sebelum keberangkatan pagi. Formasi Arizona saat itu ada 9 orang. Tim Civic Engagement ada Aku (Sumsel), Kak Arief (Sumut), Kak Kamila (Solo), Bang Barak (Makasar), dan Kak Yuni (Sulteng). Tim Social Entrepreneurship, Kak Ita (Lampung), Kak Maria (Jakarta), Kak Irvan (Jogja) dan Kak Adit (Kalteng).

Sabtu, 24 Maret 2018. Kami sudah berangkat ke Soekarno Hatta International Airport mulai pukul 1 dini hari karena penerbangan pagi pukul 6.25 WIB. Seperti biasa, karena membawa nama Indonesia, jadi harus eksis dulu dengan Sang Merah Putih! 



JAM 6 SUDAH BERADA DI DALAM PESAWAT


ANA Airlines at Soekarno-Hatta International Airport
Momen paling bahagia di bandara adalah ketika sudah duduk manis di kursi pesawat, karena penat dan beban pikiran telah tergantikan dengan rasa aman. Kala itu maskapai yang kami tumpangi adalah maskapai buatan Jepang, yaitu ANA Airlines. Kok bisa ya? karena saat itu kami transit ke Jepang terlebih dahulu. Perjalanan yang kami tempuh dari Jakarta ke Jepang adalah sebanyak 7 jam. Jujur, nyesel juga waktu itu lupa bawa buku bacaan, karena didalam pesawat bakal bosen banget kalau cuma nonton tayangan tv doang). 

Makanan khas Jepang di ANA Airlines
Entah kenapa, aku merasa senang banget dan menanti-nantikan pas dapet makanan di dalam pesawat. Terlebih lagi, kalau dapat  maskapai dan penerbangan Internasional. Karena, kita bisa langsung mencicipi kuliner khas dari negara tersebut, ya walaupun tak sama rasa dengan lidah kita, namun setidaknya kita tahu langsung dengan makanannya dibandingkan dengan makanan yang ada di restoran dalam negeri. 


7 JAM PENERBANGAN HINGGA SAMPAI JEPANG

Narita International Airport beserta lukisan Jepang
Sekitar pukul 2 siang akhirnya kami menginjakkan kaki di Negeri Sakura! Sebenarnya waktu transit cukup lama yaitu sekitar 4 jam, maka dari itu kami sempatkan untuk berkeliling bandara Narita, Walaupun belum kesampaian untuk keluar, tapi setidaknya telah bertemu langsung dengan Native Japanese disana. Penduduk Jepang memang sangat ramah, tak jarang mereka senyum kepada kami dan berbicara Bahasa Inggris dengan logat mereka yang Khas.

LANJUT TRANSIT KE DENVER, SANGGUP NGGA NIH?

Tak terasa waktu 4 jam transit di Narita telah terlalui, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Amerika. Namun sebelumnya, perjalanan kami harus transit lagi menuju Denver sebelum sampai ke Phoenix, Arizona. Penerbangan saat itu ditempuh selama 14 Jam. Jujur, aku ku benar benar merasakan perpindahan zona waktu dari pagi, siang, sore hingga malam berada di dalam Pesawat. Alhasil, Jet Lag sudah mulai terasa, karena hari itu di Amerika adalah hari kemarin di Indonesia. 

Di tengah perjalanan, kami juga melihat Pegunungan yang di selimuti dengan salju. Karena, tak jarang, banyak pemandangan unik yang sering terlintas di sela-sela perjalanan. Untuk kamu yang punya rencana pergi ke sini, perjalanan sejauh ini harus benar-benar dipersiapkan dengan matang. Khususnya, jika tidak ingin merasakan bagaimana tubuhmu menjadi mati rasa. Lebih baik kamu bawa jaket super tebal dan sepatu. Karena, di dalam pesawat akan terasa sangat dingin.

 YSEALI Indonesia Arizona State University 2018

WELCOME TO ARIZONA!!!

What a blessing day! Setelah transit 1 Jam Denver to Arizona. Akhirnya kami tiba di Phoenix, Arizona di hari yang sama 24 Maret 2018, waktu itu sekitar pukul 9 Pagi. Saat sampai, kami telah disambut hangat oleh panitia YSEALI. Anyway, total perjalanan yang kami tempuh yaitu lebih kurang selama 24 Jam, yang mana, pagi itu benar-benar hari kemarin di Indonesia! Welcome to the Jet Lag!!! hahahahahaha. Nah, setelahnya di bandara, kami langsung dijemput menuju tempat tinggal kami di Graduate Hotel!



Graduate Hotel, tepat berada di depan kampus ASU
INDONESIA WE DID IT!

Setelah tiba di Graduate Hotel, kami telah disambut hangat oleh beberapa rekan-rekan YSEALI dan Official Committee yang sudah datang sebelumnya. Kebetulan, letak Kampus Arizona dengan penginapan kami sangatlah dekat. Jadi akan sangat mudah untuk  mendapatkan akses  masuk kampus. Aku merasa sangat beruntung mendapatkan tempat tinggal disini, karena hampir semua fasilitas dan pelayanan yang diberikan sanga lengkap dan gratis.
Setelah proses pendataan selesai, akhirnya kami mendapatkan kunci kamar beserta kartu identitas International Student of Arizona State University. Dengan kondisi fisik yang masih sangat Jet Lag, saya dikejutkan dengan kemegahan isi kamar yang sangat mewah serta  dilengkapi dengan fasilitas dan perlengkapan gratis seperti baju, tas, buku dll. Uniknya, setiap YSEALI Fellows disini ditempatkan sekamar dengan Roomate dari Negara yang berbeda. Saat itu, aku ditempatkan satu kamar dengan YSEALI Fellow asal Myanmar, Oliver Lin.

Beberapa menit setelah menempatkan seluruh barang bawaan, akhirnya aku dan rekan-rekan Indonesia kembali melanjutkan Dinner bersama dengan rekan-rekan YSEALI.

KEGIATAN AKADEMIK SELAMA DI ARIZONA 
  Seingatku saat itu ada 2 hari kami dibiarkan untuk beristirahat dan memulihkan energi sebelum kegiatan kampus dimulai. We started our activities on 26th March 2018, diluar dugaanku, ternyata Aizona State University itu adalah sala satu kampus terbesar di Amerika, ada 1 kampus utama dan 4 kampus di regional. Keren kan?! Nah selama di Universitas Arizona, kami juga diikut sertakan dalam kegiatan Kelas Internasional seperti kelas Deaf culture & communication, Mindfulness Exercise, International development & Sustainability dan Civic Engagement class. Program YSEALI di Arizona bisa dibilang cukup unik, karena mereka menyediakan academic trip setiap weekend. Di weekend pertama, kami diajak untuk study tour ke beberapa tempat menakjubkan di Arizona, seperti Grand Canyon, Antelope Canyon, serta turut serta merasakan tradisi budaya dari Suku Navajo.  

Orientation and YSEALI SEED & CE  Introduction. Nah disini kita perkenalan diri sekaligus presentasi projek yang sedang kita jalankan saat itu. Ini adalah gabungan dari rekan-rekan CE & SEED se Asia Tenggara.
First photo at Bank of Amerika for Cash & Check money. Kegiatan pertama diajak ke Bank buat dapet uang saku selama di Amerika, lumayan kan dapat Dollar Gratis haahahaa.
Dining card, yang bisa pake bayar buat makan sepuasnya di kantin

Deaf culture & American sign language class. Beruntung banget dapet kelas bareng Professor Pamela, beliau merupakan seorang aktivis Bahasa Isyarat. She is adorable, kita diajarkan banyak tentang American Sign Language. Kelas ini berlangsung selama 2 minggu.
Lunch at University Campus.Gak kuat! makanannya enak-enak banget. Semua gratis saat itu!
YSEALI CE & SEED at Opening Reception. Lebih kurang kayak Makrab gitu sekaligus Dinner bareng. Ini formasi lengkap kami, dengan baju adat khas dari negara masing-masing.
Professors & YSEALI ASU Teams. Mereka adalah pengajar dan penanggung jawab kami selama di Arizona. Mostly udah Professor semua dan keren-keren!.

Mindfulness Class. Nah dikelas ini kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dan reselient, kegiatannya sendiri itu lebih kepada menjaga our mind agar selalu positif, yaitu melalui yoga dan meditasi. Kelias ini berlangsung tiap hari di pagi hari loh!
Muka gw gaje banget hahaha
International Development & Sustainability Class. Sesuai dengan nama kelasnya, kita belajar banyak tentang SDG, program ini juga melibatkan langsung mahasiswa/i Amerika. Kebanyakan kegiatannya berupa Presentasi dan Games.
Our beloved American team selama kelas IDS
Class with Native American Communities. Kita diajak untuk belajar sejarah serta perkembangan dari populasi dan komunitas Pribumi Amerika.
Class with Asian Passific Community. Kalo ga salah saat itu kita belajar tentang komunitas kesehatan yang ada di Asia Pasifik dan Amerika.
Class with ASU Health Campus
Leadership Class with Prof. Erick


Youth Development through Sport, Belajar leadership lewat Olahraga bareng Proffesor Erick.
Our lovely Professor Christine juga ikutan main Kriket
Local First AZ, semacam komunitas pemberdayaan masyarakat & pribumi lokal. 
Ability 360, tempat & komunitas Sport & Fitnes center namun dikhususkan untuk mereka penyadang disabilitas. Fasilitas olahraga disini juga lengkap banget, kita juga diajak untuk mencoba permainan Bola Basket menggunakan kursi roda. 
Ikut senam bareng elderly juga loh. Seru banget!


FEED MY STARVING CHILDREN, Organisasi Non-profit Kristen yang bergerak dibidang distribusi bantuan makanan untuk anak-anak miskin di negara berkembang. Saat itu kami diberikan kesempatan untuk membantu proses packaging beras untuk anak-anak di Kambodia. Komunitas ini telah membantu setidaknya 70 negara di dunia.
Produk beras yang di produksi mereka, beras multivitamin.
Change Makers Central, komunitas kampus yang bergerak dibidang social change. Komunitas ini juga membantu mahasiswa/i Arizona yang sedang menjalankan projek sosial daalam mengembangkan leadership skills mereka.
Refugee Services ; Lutheran Social Community, Komunitas yang bergerak dalam perlindungan dan bantuan Refugee.
Community Service - Westward Ho, Affordable Apartment yang di khususkan untuk para Lansia yang tidak memiliki keluarga. Saat itu kami diundang untuk sharing happiness kepada mereka. Kami melakukan pameran stan saat itu dari seluruh Negara ASEAN. Ada pameran makanan tradisional, pakaian adat dll.
Kami juga menampilkan penampilan budaya dari Negara masing-masing.
YES! WE DID IT!
Golden Rule Awards, nah saat itu kita diundang ke acara awards para aktivis dan penggiat sosial yang ada di Arizona.
Oh iya, dimalam sebelumnya kami diajak bertemu dengan Host-family kami yang akan menampunf kami di minggu ke 3.
Kunjungan ke Thunderbird, School of Global Management.
Space of Opportunity Garden, komunitas petani lokal dalam memanfaatkan tanah kering Arizona menjadi sumber lahan hijau yang  terjangkau untuk masyarakat lokal.
Saat itu kami dilibatkan dalam membantu petani lokal untuk bercocok tanam, penebaran pupuk dan pembersihan irigasi.

Attending AZ Senate Discussion
Our last Yoga Class with Ms Karrie. I miss this moment so bad :(
Alright guys, itulah beberapa kegiatan kami selama di Arizona State University. Lebih kurang kegiatan kampus itu lebih banyak kunjungan ke Komunitas, sisanya academic travelling haha. Nah sebenernya juga masih banyak banget moments dan cerita yang ingin aku tulis disini, tapi kayaknya it would be better kalo aku tulis di episode selanjutnya. Nanti aku bakal ceritain kegiatan diluar kampus karena di ASU kita memiliki program weekly trip seperti kunjungan ke National Park, Hiking, Host Family, jalan jalan ke New York, Washington DC dan masih banyak lagi. Aku juga bakal ceritain best of the best moments selama program, mulai dari kehilangan HP, sesat di New York dll. Pasti bakal seru bangettttttttttttttttt deh!!!!
 Jika kalian suka dengan tulisan aku, please share ya supaya banyak yang terinspirasi dan muda mudahan juga kalian bisa menjadi bagian dari YSEALI. Aminnnnnnn!

NEXT EPISODE - JALAN-JALAN GRATIS  KE BEBERAPA TEMPAT HITS DI US

Comments

  1. I enjoyed reminiscing our YSEALI journey two years ago. I cannot wait for the English version. Miss you, brother!

    ReplyDelete

Post a Comment